Sockburn Punya Cerita #2

Term 1 udah hampir berakhir, tapi baru sempat berbagi cerita di sini hehe.. Yang belum baca cerita tentang Sockburn School #1 silahkan klik di sini yaa 😉

Term ini Aya pindah ke Room 11-12-13 atau disebut juga dengan kelas Pohutukawa. Kelas ini merupakan gabungan year 1 dan year 2. Sebenarnya Aya masih tetap di year 1, tapi naik ke level yang lebih tinggi dan lebih kompleks lagi pelajarannya. Kalo sebelumnya di Room 9 (new entrance) belajar math-nya cuma sekilas, nah kalo di sini pelajaran matematikanya lebih kompleks. Jumlah anak di kelas ini sekitar 30 orang dengan 4 guru, Mrs. Hefferman, Mr. Gibson, Mrs. Walter, dan Mrs. Thomason. Guru-gurunya asik dan friendly banget. Aya yang dulunya malas-malasan berangkat sekolah, sekarang jadi semangat ’45. Hampir tiap hari dia bilang, I love school, Ma 😀 Penasaran juga, apa sih yang bikin ni anak jadi happy pergi ke sekolah.

Dari meeting Teacher and Parents di awal term lalu, saya bisa mengamati gaya mengajar guru-guru tersebut di kelas. Sangat perhatian dan ceria. Semua anak diberlakukan seperti teman, tapii tetap saling menghormati. Yang jelas mereka semua masih muda dan gaul hehe.. Suasana belajar juga santai. Kadang mereka belajar di meja, kadang duduk lesehan di karpet, kadang di aula, dan kalo cuaca mendukung mereka juga belajar di halaman sekolah. Pohutukawa sendiri sebenarnya dibagi menjadi 3 grup besar, green area, blue area dan red area. Sayangnya saya tidak begitu mengerti dasar pembagian grup ini 😛 .

11051126_10152947504635186_122546778_n
Mat Area (Carpet)

Rutinitas Pagi

Setiap pagi setelah bel berbunyi, semua anak akan duduk berkumpul di mat area (foto di atas). Kemudian guru akan memilih Dude of the day dari tiga area belajar tadi (blue, red, and green area) dengan cara diundi. Mereka yang terpilih akan duduk di kursi (beanbag) dan bertanggung jawab atas semua tugas pada hari tersebut, misalnya membuang sampah dari tong sampah di kelas ke tong sampah besar yang berada di halaman, membagikan susu kotak ke teman-teman di kelasnya, dll. Mirip ketua kelas kali ya kalo di Indo. Aya sendiri udah dua kali terpilih jadi Dude of the Day. Metode ini bagus juga untuk melatih tanggung jawab anak dan semua akan mendapat giliran 🙂

Activities during This Summer..

Hampir semua orang di sini sukaaa banget kalo summer tiba. Karena matahari di sini benar-benar berharga. Lebih kurang cuma 3 bulan bulan kami di sini bisa merasakan hangatnya matahari. Jadi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya 😀 . Ngapain aja Aya di sekolah selama summer ini? Selama summer tentunya anak-anak bisa dengan bebas main di luar dan menikmati sinar matahari. Di sekolah Aya (dan sekolah-sekolah lain di NZ), summer adalah waktu yang tepat untuk swimming. Setiap hari semua anak dianjurkan membawa swimming togs (baju renang dan perlengkapan renang lainnya).

Selain melakukan aktivitas fisik, anak-anak juga diajak mengamati proses metamorfosis butterfly secara langsung. Jadii, di depan kelas Pohutukawa, ada tanaman khusus untuk pembiakan kupu-kupu. Namanya “swant plant“. Kupu-kupu akan bertelur di antara daun/batang2 tumbuhan ini. Secara alami, terjadilah proses perkembangbiakan kupu-kupu. Mulai dari telur, kemudian menjadi ulat, kepompong daaan..keluarlah si kupu-kupu cantik. Tentu saja aktivitas ini sangat menarik bagi anak-anak. Ajaibnya, ngga ada anak yang usil mainin ulat atau kepompong yang nempel di batang “swan plant“. Karena mereka sadar betul hal itu akan mengganggu siklus hidup si kupu-kupu.

Untuk anak-anak yang lebih besar ada kegiatan gardening. Mereka diajarkan cara merawat tanaman, mulai dari menyiapkan lahan hingga panen dan memasak hasil kebun mereka.

11063074_10152947504570186_335300483_n
Swan Plant di depan kelas Pohutukawa

Subjects at School

Mungkin teman-teman blogger penasaran, apa aja sih subject yang diajarkan di sekolah? Setahu saya, di tahun-tahun awal seperti Year 1 dan Year 2, anak-anak hanya diajarkan 4 mata pelajaran pokok saja. Reading, writing, oral language, dan math. Selain itu ada art, fitness (physical exercise), dan discovery time.

Math

Di Pohutukawa, anak-anak dibagi menjadi beberapa grup kecil yang terdiri dari 5-8 anak yang memiliki level/kemampuan hampir sama. Mereka diajarkan tentang geometri, pengukuran (measurement), dan berhitung. Dari penjelasan gurunya (kebetulan Aya dipegang sama Teacher yang baik hati dan perhatian, Mrs. Heffermen), di kelompoknya Aya saat ini diajarkan bagaimana menjumlah di luar kepala tanpa menggunakan finger alias jari. Metodenya dengan bercerita bukan sekedar angka-angka buta. Daan..saya coba tes di rumah. Benar saja, si Aya dengan cekatan menjawab pertanyaan saya tanpa menggunakan jari-jarinya. Mantabb.. Selain itu, anak-anak juga diajarkan berhitung mundur.

Writing and Reading

Seperti halnya matematika, untuk subject writing dan reading juga dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang memiliki kemampuan/level yang sama. Cara ini sangat efektif loh, karena anak-anak akan mendapat perhatian penuh dari sang guru dan guru juga paham betul tahap perkembangan belajar masing-masing anak.

Oral Language

Setiap hari di kelas, ada sesi ‘talking time‘ dimana anak-anak akan bercerita tentang topik yang telah ditentukan oleh guru. Misalnya tentang cuaca, aktivitas selama weekend, dll. Saya kadang iri dengan Aya, karena sejak kecil sudah diajari speaking and listening skill. Ngga perlu repot harus ikut kursus bahasa Inggris untuk tes IELTS atau TOFEL seperti yang saya dan suami jalani dulu. Ya iyalah..secara, dia sekolah di sini gitu loh hehe. Jujur saja, sekarang bahasa Inggris Aya lebih baik dari saya terutama pronunciation-nya. Tak jarang juga Aya membenarkan cara pengucapan saya atau suami, ups..jadi malu 😀

Koru Card

Apa itu Koru Card? Saya juga baru tau istilah ini. Waktu Aya cerita saya ngga mudeng, kirain si Aya asal sebut. Tapi setelah dia bawa pulang kertas yang bernama “Koru Card” ituu..barulah saya paham. Koru Card adalah bentuk award karena si anak mengaplikasikan slogan Sockburn selama di sekolah. Sockburn Primary School memiliki slogan CARES (Co-operating, Achieving, Respecting, Enriching, Supporting). Koru card ini adalah salah satu upaya para guru untuk menanamkan etika dan perilaku yang baik dalam sehari-hari. Hasilnya?? Lumayan bagus loh. Saya pribadi merasakan banyak perubahan pada Aya. Terutama kalo minta diambilkan sesuatu, lengkap dengan embel-embel “PLEASE” and “THANK YOU”-nya. Atau kalo ga sengaja nyenggol saya/numpahin air, dia akan bilang, sorry, Ma. Padahal dulu susyaaah banget untuk membiasakan Aya etika berbicara sopan ini. Sopan santun, kepedulian, dan rasa empati jauh lebih penting ditanamkan sejak dini daripada menjejali anak dengan setumpuk pelajaran yang kebanyakan hanya teori belaka.

11069591_10152951391350186_1186684875_o
Koru Card (abaikan tulisan Aya hehe)

Homework

Mau tau Pe-eR nya Aya di sini? Ini dia..

11033633_1612286515670937_467072400_o

Setiap hari Aya akan bawa pulang “Reading Folder” yang berisi buku-buku bacaan tipis. Di rumah, Aya akan membaca ulang buku-buku tersebut dan saya menyimak. Selesai membaca saya akan menulis komen di buku yang disediakan pihak sekolah (home reader book) sebagai laporan ke guru kelasnya. That’s all..tidak ada Pe-eR lainnya. Asik, bukan?

Sebelum buku itu dibawa ke rumah, mereka udah diajarkan dan latihan membaca buku tersebut di sekolah selama “Reading Session“. Jadi di rumah tinggal mengulang saja. Seperti yang udah saya ceritakan di Sockburn Punya Cerita #1, metode membaca di sini adalah memorize. Jadi si anak akan terus mengulang kata-kata yang terdapat di buku tersebut sampai hafal.

Selain diajarkan membaca dengan metode tersebut, anak-anak juga diajarkan metode phonics. Cara ini mungkin lebih tepat disebut mengeja, karena anak-anak akan mengeja huruf satu per satu. Tiap huruf punya sound yang berbeda. Misalnya huruf M. Kita menyebut huruf ini dengan lafal “em” tapi untuk phonicnya jadi “mmm..” atau huruf i yang dilafalkan “ai” tapi phonicnya “ih”. Contohnya untuk kata “FOG” jadinya “feh-oh-geh” –> fog. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa searching di youtube tentang phonic ini.

Award Bulan Ini

11024819_1609522292614026_2036136751_o-2

Pulang sekolah si Aya dengan bangganya memperlihatkan ke saya buku barunya. Saya kira ini buku dari library sekolah yang ia pinjam. Di Sockburn, hari Rabu adalah Library Day. Anak-anak bebas memilih 2 buah buku untuk dibawa ke rumah, dipinjam selama 1 minggu. Yang saya heran, buku ini dimasukkan ke dalam tas Aya bukan dalam library pack-nya. Setelah dibuka, loh kok ada kata-kata: “This book is belong to Aya” Setelah dikonfirmasi berulang-ulang ke Aya, buku ini akhirnya dapat dipastikan memang milik Aya hehe.. Katanya, Aya dapat gift dari Duffy Book (sponsor buku library sekolah) karena berperilaku nice di sekolah.

11028117_1609522412614014_1105931337_o-2

Award lainnya dari Mrs. Heffermen dan Mr. Gibson. Well done Aya!

10347062_10152946226645186_3951764839722390968_n

11015727_10152967928370186_760057365_o

One thought on “Sockburn Punya Cerita #2

  1. Pingback: Aya’s Writing Book | Nia's Blog

Leave a comment